Metode Pembelajaran Qira’ah Sab’ah

Pada dasarnya pembelajaran qira’ah sab’ah hampir sama dengan pembelajaran Al Qur’an pada umumnya. Karena sesunggguhnya qira’ah sab’ah itu juga merupakan Al Qur’an yang dibaca menurut lahjah yang berbeda-beda.

Metode pembelajaran qira’ah sab’ah banyak mengadopsi metode-metode pembelajaran Al Qur’an. Namun tidak semua metode dalam pembelajaran Al Qur’an itu dapat diterapkan dalam pembelajaran qira’ah sab’ah. Metode-metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran qira’ah sab’ah contohnya metode Jibril, metode talaqqi/sorogan dan metode mudzakarah.

 1. Metode Jibril

Terminologi (istilah) metode Jibril yang digunakan sebagai nama dari metode pembelajaran Al Qur’an adalah dilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan Al Qur’an yang telah dibacakan oleh malaikat Jibril sebagai penyampai wahyu. Sebagaimana yang tersebut dalam QS. Al Qiyamah ayat 18, yang artinya :

Apabila kami telah selesai membacakannya. Maka ikutilah bacaannya itu.”

Berdasarkan ayat ini, maka intisari teknik dari metode Jibril adalah talqin-taqlid (menirukan), yaitu santri menirukan bacaan gurunya. Dengan demikian, metode Jibril bersifat teacher-centris, di mana posisi guru sebagai sumber belajar atau pusat informasi dalam proses pembelajaran.

Menurut K.H. M. Basori Alwi, sebagai pencetus metode Jibril, bahwa teknik dasar metode Jibril bermula dengan membaca satu ayat atau waqaf, lalu ditirukan oleh seluruh orang yang mengaji. Guru membaca satu dua kali lagi, yang masing-masing ditirukan oleh orang-orang yang mengaji. Kemudian guru membaca ayat atau lanjutan ayat berikutnya dan ditirukan kembali oleh semua yang hadir. Begitulah seterusnya, sehingga mereka dapat menirukan bacaan guru dengan pas.

Adapun kelebihan-kelebihan dari metode Jibril antara lain:

  1. Metode Jibril mempunyai landasan teoritis yang ilmiah berdasarkan wahyu dan landasan sesuai dengan teori-teori metodologi pembelajaran. Dengan demikian metode Jibril selain menjadi salah satu khasanah ilmu pengetahuan juga bisa menjadi objek penelitian bagi para peneliti dan para guru untuk dikembangkan.
  2. Metode Jibril bersifat fleksibel, kondisional dan mudah diterapkan oleh guru sesuai dengan potensi yang ada, situasi dan kondisi pembelajaran.
  3. Metode Jibril, kendati pendekatan yang digunakan bersifat teacher-centris akan tetapi dalam proses pembelajarannya metode Jibril selalu menekankan sifat pro aktif dari santri.
  4. Metode Jibril dapat diterapkan untuk semua kalangan baik anak-anak, pemuda maupun kalangan orang tua.

Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari metode Jibril adalah sebagai berikut :

  1. Guru tidak memiliki syahadah (ijazah) dari PIQ yang menyatakan ia lulus dan berhak untuk mengajarkan Al Qur’an dengan metode Jibril. Dengan demikian, kemampuan guru dalam hal tartil dan tajwid kurang memadai.
  2. Guru kurang memahami peserta didiknya terutama ilmu jiwa anak sehingga proses pembelajaran berjalan kaku dan membosankan.
  3. Santri tidak diuji sebelum mengikuti pembelajaran qira’ah sab’ah atau tidak ada penyaringan yang ketat sehingga kemampuan para santri dalam satu kelas tidak sama. Ada santri yang terlalu pandai dan ada santri yang lemah dalam pembelajaran.
  4. Jumlah santri dalam satu kelas terlalu banyak.
  5. Santri tidak memiliki kemampuan yang kuat untuk belajar, karena kurangnya dukungan dan perhatian orang tua.
  6. Waktu belajar yang sangat singkat, sehingga kurang optimal.

2. Metode Sorogan/Talaqqi

Sorogan artinya belajar individu di mana seorang santri berhadapan dengan guru, terjadi saling mengenal antar keduanya. Diperjelas lagi oleh Wahyu Utomo, metode sorogan adalah sebuah sistem belajar di mana para santri maju satu persatu untuk membaca dan menguraikan isi kitab di hadapan seorang guru atau kyai.

Inti dari metode sorogan adalah berlangsungnya proses belajar mengajar secara face to face, antara guru dan murid.

Metode ini sudah dipakai pada zaman Rasulullah dan para sahabat. Setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu yang berupa ayat-ayat Al Qur’an, beliau membacanya di depan para sahabat, kemudian para sahabat menghafalkan ayat-ayat tersebut sampai hafal di luar kepala. Metode yang digunakan Nabi mengajar para sahabat tersebut, dikenal dengan metode belajar kuttab. Di samping menyuruh menghafalkan, Nabi menyuruh kuttab (penulis wahyu) untuk menuliskan ayat-ayat yang baru diterimanya itu.

Sebagaimana metode-metode lainnya, metode sorogan juga memiliki kelebihan-kelebihan. Adapun kelebihan-kelebihan metode sorogan, antara lain :

  1. Terjadi hubungan yang erat dan harmonis antar guru dengan murid.
  2. Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid.
  3. Murid mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus mereka-reka tentang interpretasi suatu kitab karena berhadapan dengan guru secara langsung yang memungkinkan terjadinya tanya jawab.
  4. Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya.
  5. Santri yang IQ-nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran (kitab), sedang yang IQ-nya rendah membutuhkan waktu yang cukup lama.

Selain kelebihan, metode sorogan juga memiliki kelemahan atau kekurangan, di antaranya adalah sebagai berikut :

  1. Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa murid (tidak lebih dari 5 orang), sehingga kalau menghadapi murid yang banyak metode ini kurang begitu tepat.
  2. Membuat murid cepat bosan karena ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi.
  3. Murid kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu.

3. Metode Mudzakarah

Metode Mudzakarah adalah metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar (PBM) dengan jalan mengadakan suatu pertemuan ilmiah yang secara khusus membahas masalah-masalah agama saja. Metode Mudzakarah ini pada umumnya banyak digunakan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang disebut pesantren, khusus pesantren tradisional.

Di antara tujuan penggunaan metode ini adalah untuk melatih santri agar lebih terlatih dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang dengan menggunakan kitab-kitab klasik yang ada. Di samping untuk menguji keterampilan mereka mengutip sumber-sumber argumentasi dari kitab-kitab Islam klasik.

Sumber : Skripsi – Implementasi Metode Pembelajaran Qira’ah Sab’ah Di Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an (PPTQ) Raudhatus Shalihin Wetan Pasar Besar Malang

1 thoughts on “Metode Pembelajaran Qira’ah Sab’ah

  1. Trimakasih,teori itu akan menjadi dasar pijakan santri,dan selanjutnya bisa dikembangkan menurut kreativitas santri itu sendiri,sama seperti anak yg dipapah berlatih berjalan,lalu setelah mapan ia akan kembangkan berjalan itu dengan pintar berlari……

Tinggalkan komentar